Menurut Soebrata Onggowasito, General Manager PT Pryda Indonesia, di luar soal rayap, secara struktur rangka kayu yang besar dan solid sebenarnya lebih kuat ketimbang baja ringan. Hanya harganya makin tidak kompetitif. “Karena itu semua lari ke baja ringan. Di Jakarta hampir 70 persen rumah sudah pakai baja ringan. Rangka baja ringan bukan lagi alternatif, tapi mau nggak mau harus dipakai karena kayu bermutu makin mahal,” katanya.

Hal senada diutarakan Bambang Nusanegara, Manager Operasional PT Graha Mitra Gita Lestarindo. ”Menurut saya tren penggunaan baja ringan di perumahan akan makin meningkat, karena rangka kayu makin susah diperoleh. Apalagi, pemain baja ringan kian banyak dan orang makin familiar,” katanya. Harga rangka atap baja ringan saat ini berkisar antara Rp120 ribuan – Rp190 ribuan/m2 termasuk pemasangan, atau lebih mahal 10 – 20 persen dibanding rata-rata konstruksi rangka atap dari kayu.

Meskipun demikian ada juga perumahan yang semula memakai baja ringan, kembali menggunakan kayu. Sebutlah Kota Wisata di Jl Trans Yogi (Bogor), yang pindah ke Pryda (kayu) dari tadinya memakai Smartruss. “Di mock up-nya rangka baja ringan memang terlihat kokoh karena bentangnya pendek. Tapi, kalau sudah dipasang pada atap betulan yang bentangnya lebar, lama-lama bisa melengkung. Satu profil saja melengkung, panel lain akan terpengaruh,” kata Elena Trisnawati, GM Marketing Kota Wisata. Ia merujuk pada kejadian di beberapa kota yang konstruksi rangka atap baja ringannya melorot atau rubuh.

Yang memakai rangka atap baja ringan kebanyakan masih proyek perumahan. Rumah perorangan (ritel) baru sedikit. Produk PT Graha Mitra Gita Lestarindo misalnya, 75 persen dipakai proyek perumahan dan 25 persen rumah perorangan. Sedangkan pangsa pasar rangka baja ringan Pryda, fifty-fifty antara proyek dan ritel.

Hal itu terkait dengan sistem order rangka atap baja ringan yang bersifat customized (tergantung spesifikasi atap rumah pemesan). Pesanan dan pemasangan harus melalui fabrikator/aplikator resmi. Padahal, Smartruss saja sampai kini baru punya 20-an fabrikator/aplikator di seluruh Indonesia, dan Pryda 15 fabrikator/aplikator. Karena itu pemakaian rangka atap baja ringan belum bisa semassal rangka kayu. Yoenazh, Diyah, Amel